Pertama kali diminta membuat artikel untuk konten blog ternyata membingungkan juga. Agar wall blog gak kelamaan nganggur terpaksa putar otak mencari bahan bahan. Ditengah suasana panas musim puanaas yang berkepanjangan di daeraku Karangasem yang tercinta kupaksakan juga ngetik mencet kibord gak karuan, sukurlah setelah beberapa saat berseluncur di hard drive laptopku masih tersimpan poto poto dan tulisan yang pernah ku buat saat masih ngebolang di Bengkulu beberapa tahun yang lalu.
Setelah scroll naik turun gambar ee ketemulah beberapa poto Bunga Raflesia Arnoldi yang melegenda itu, naah ini dia ketemu idenya, agar gak kelamaan langsung aja simak penjelasanya dibawah ini
Setelah scroll naik turun gambar ee ketemulah beberapa poto Bunga Raflesia Arnoldi yang melegenda itu, naah ini dia ketemu idenya, agar gak kelamaan langsung aja simak penjelasanya dibawah ini
Saat itu sekitar pertengahan september tahun 20011 penulis masih bekerja bantuin teman karib untuk ekplorasi batubara di daerah Bengkulu Tengah. Tugas penulis waktu itu tracing sungai atau menyusuri sungai untuk mencari jejak batubara. Kami berlima menyusuri sungai yang hulunya masuk kedalam hutan yang sangat lebat sekali diapit oleh perbukitan, tempatnya sangat terpencil jadi perkiraan penulis tempat itu jarang sekali dimasuki penduduk. Jejak jejak binatang liar banyak sekali teradapat disana, yang paling banyak adalah babi hutan dan rusa, kami juga melihat jejak harimaau yang tercetak jelas dipermukaan pasir agak basah, alamaak besar sekali tapak haraimau ini diameter cetakan kakinya aja lebih besar dari mangkok bakso, seketika bulu kuduk berdiri jangan jangan dia sedang mengintai kami untuk disergapnya dijadikan santap siangnya demikian pikiranku saat itu saking paranoidnya. Sebagai orang Bali tentu saja penulis merasa kawatir sebab tidak terbiasa bergaul dengan hewan buas yang satu ini, di Bali paling banter bisa dilihat dalam kandang di Taman Safari Ginayar yang untuk melihatnya saja harus bayar 75 ribu rupiah. Pak Wadi tenaga harian lokal suku Serawai asli bengkulu yang sudah senior berpengalaman hidup dalam hutan menghiburku, nenek atau harimau begitu mereka menyebutnya tidak akan menyerang manusia semena mena, ada beberapa alasan harimau menyerang manusia yang pertama kita pernah berbuat salah pada harimau seperti menculik anaknya atau bahkan menyakitinya yang kedua harimau itu terkejut dikira kita mau menyerang. Kalau dipikir seperti manusia juga peringai harimau itu punya dendam dan juga kasih sayang. Tapi apapun penjelasan Pak Wadi padaku tetap saja pikiranku menaruh kewaspadaan dan ini wajar aja sebagai basic insting bawaan alami manusia untuk memperhankan hidup.
Trus mana dong Bunga Raflesia Arnordi yang melegenda itu diceritakan, sabaar broow nanti juga diceritakan. Perjalanan kami lanjutkan mencari tempat makan siang. Disebelah kiri sungai tempatnya agak menanjak terdapat hutan lebat yang ditumbuhi pohon berukuran besar kami berlima memutuskan untuk istirahat siang kesanalah kami menuju. Karena ditumbuhi pohon yang lebat suasananya sangat adem cenderung lembab. Belum sempat kami membuka ransum jatah makan siang kami tiba tiba seorang teman berteriak bilang ada bunga raflesia, tentu saja saya kaget setelah beberapa bulan masuk keluar hutan belum pernah melihat bunga raflesia, langsung saja saya bergegas kesana dan benar saja segerombbolan bunga raflesia menyembul dari dalam tanah indah sekali. Ada tiga kuntum yang suadah mekar sempurna, beberapa kuntum masih beluh mekar yang ukuranya lebih kecil nampak gurat kelopak berwarna coklat kemerahan berbintik putih. Didekat bagian batang bawah menempel ditanah serupa bola sepak bola berwarna agak kecoklatan abu abu nampaknya anakan atau bibit bunga raflesia yang menunggu giliran untuk mekar. Sesaat kemudian semua teman teman kami perpoto ria seakan jumpa artis ibu kota dalam hutan, sayapun tak ketinggalan jeprat jepret mengambil anggle gambar. Satu poto diatas saya ambil dengan pembanding palu sakti geologi yang aku bawa kutaruh diatas kelopaknya lalu jadilah bunga ini artis dadakan yang aku temui dalam hutan..
Wah mantab, jd. Ingat aku dr pulau bay menyusuri alur jalan kereta api yang mau menuju kota padang ..
BalasHapusPernah di Bengkulu juga pak? tahun berapa ya, oo yang rencana double trek kereta itu ya, kalo gak salah junaedi kesana kan
BalasHapuswoooww.. mantap jadi pengen kesana
BalasHapusmantap si geologist ni....
BalasHapus