Stratigrafi daerah
Lombok dimulai dengan terbentuknya batuan gunung api Tersier yaitu Miosen Awal
yang terdiri dari Formasi Kawangan dan Formasi Pengulung yang saling menjemari.
Kedua formasi ini diterobos oleh dasit, diorit, tonalit dan basal berumur
Miosen Tengah yang ditafsirkan menyebabkan mineralisasi di beberapa tempat. Di
atasnya diendapkan Formasi Ekas yang terdiri dari batugamping yang berumur
Miosen Atas. Kemudian pada Pliosen Atas hingga Plistosen diendapkan batupasir
tufaan, batulempung tufaan dengan sisipan tipis karbon yang tergolong kedalam
Anggota Selayar Formasi Kalipalung, lalu Formasi Kalipalung yang terdiri dari
perselingan breksi gampingan dan lava kemudian Formasi Kalibabak yang terdiri
dari breksi dan lava serta Formasi Lekopiko (tuf berbatuapung, breksi lahar dan
lava). Formasi Kalipalung dan Formasi Kalibabak saling menjemari. Pada waktu
Holosen Bawah diendapkan lava, breksi dan tuf yang termasuk kedalam Batuan
Gunungapi Tak Terpisahkan tersebar sangat luas di utara yang dikelilingi oleh
Formasi Lekopiko dan Formasi Kalibabak, sedangkan pada Holosen Atas terhampar
endapan permukaan aluvium.
Di pulau Lombok
keberadaan mineral dasar logam hampir merata ditemukan di bagian selatan pulau
ini. Penyelidikan geokimia dilakukan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara menemukan
adanya anomali mulai dari bagian barat yaitu daerah Pusuk dan banyak tempat dibagian
selatan yaitu daerah Pelangan, Selodong,
Lembar, Mareje, Sepi, Rembitan, Lenyek, dan Batunampar. Dibagian selatan
terutama disekitar Pelangan telah banyak dilakukan penambangan emas rakyat
dengan teknologi yang sederhana. Keberadaan emas dan mineral logam lainya di
daerah ini umumnya berkembang sebagai tipe endapan epithermal, penguratan
kuarsa mengandung Au dan logam dasar sangat umum terdapat didaerah ini.
Keberadaan anomaly Cu dan penguratan kuarsa jenis stokwork yang membawa mineral
sulpida mengindikasikan kemungkinan tipe endapan porfiry juga berkembang di daerah
ini.
Keberadaan mineral-mineral bijih galena,
kalkopirit, bornit, kovelit, pirhotit, dan hematit, yang berasosiasi dengan diopsid dan garnet, terutama ditemukan disebelah timur Lembar,
menimbulkan dugaan kearah hubungan keterjadian mineralisasi skarn mengandung terutama bijih logant
dasar Pb dan Cu. Hematit diperkirakan berasal dari garnet melalui proses ubahan hidrotermal akhir atau destruksi mineralisasi skarn pada suhu antara 200 - 400°C (Bames, 1979), sementara malakhit/azurit
diperkirakan sebagai hasil oksidasi mineral-mineral sulfida tembaga pada proses
pengayaan supergen (supergen enrichment).
Sementara di bagian hulu
S.Petateng, mineralisasi mengandung bijih galena, pint, kalkopirit, bornit,
kovelit dan pirhotit dengan asosiasi malakhit, terbentuk pada daerah kontak
batuan diorit dengan tuf andesitik. Meskipun tidak ditemukan mineral petunjuk
skarn, keberadaan kumpulan mineral bijih (assemblage of ore minerals) tersebut menimbulkan kecurigaan bahwa telah terjadi pembentukan bijih
sulfida hasil proses metasomatisma kontak (contact metasomatism) yang disebabkan penerobosan diorit terhadap
tuf andesitik. Terbentuknya urat-urat kuarsa stockworks (setempat-setempat mengandung pirit dan malakhit) sebagai pengisian
daerah-daerah bukaan shears (sheared zones) pada batuan terubah argilik-illit dan/atau kuarsa-illit (+/- pirit), dicurigai sebagai petunjuk terjadinya
kegiatan hidrotermal. Didapatkannya emas rombakan dari konsentrat
dulang di bagian barat daerah ini, menimbulkan dugaan karakteristik ubahan yang
biasa ditemukan pada daerah dekat permukaan dari suatu sistem mineralisasi jenis epitermal. Tersingkapnya urat-urat kuarsa stockworks
dan ubahan tersebut diatas diduga merupakan hasil overprint sisa larutan hidrotermal bersifat asam dari kegiatan penerobosan batuan
beku dioritik setelah proses metasomatisma.
Mineralisasi di daerah selatan Lombok Tengah
menunjukkan karakteristik jenis epithernal, yang terbentuk sebagai zona-zona stockworks urat kuarsa berarah timurlaut-baratdaya,
hampir utara-selatan. Pengamatan terhadap letak morfologis dan tekstur urat
kuarsa dari daerah pantai Teluk Awang dan/atau Teluk Bumbang hingga ke
G.Rangkakalo, diduga mencerminkan urut-urut keterjadiannya dari kedalaman
hingga ke dekat permukaan dari suatu sistem mineralisasi epitermal. Di bagian sepanjang pantai Teluk Awang,
urat-urat kuarsa veinlets hingga ketebalan maksimum 2,50 meter telah membentuk stockworks,
mengisi rekahan-rekahan dan/atau ruang- ruang antar fragmen breksi
hidrotermal, terdiri dari kuarsa masif, breksi kuarsa {breccia vein), amethyst dan sugarry; dengan tekstur comb, cockade dan trustification mengandung pirit,
kalkopirit, bornit dan pirhotit sporadis, dengan setempat-setempat Mn oksida.
Di Teluk Bumbang, urat kuarsa veinlets terlimonitkan telah membentuk zona stockworks dengan di sekitarnya
ditemukan bongkah-bongkah urat kuarsa bertekstur bladed mengandung pirit dan
malakhit. Zona urat umumnya berasosiasi dengan ubahan kuarsa-illit dan/atau argilik-illit (+ limonit). Berbeda dengan kenampakan
ciri-ciri tersebut, di daerah sekitar G.Rangkakalo ditemukan bongkah-bongkah insitu kuarsa kalsedon bertekstur banded dan colloform yang umumnya telah
terlimonitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar