Selasa, 24 November 2015

TINJAUAN MINERALISASI PULAU LOMBOK

Busur vulkanik telah umum diketahui sebagai jalur yang memiliki potensi permineralan logam dan non logam. Tipe endapan logam secara genetis dapat dibedakan menjadi dua yaitu tipe pengendapan primer dan tipe pengendapan sekunder. Tipe pengendapan logam primer biasanya berupa cebakan urat ephitermal dan cebakan porfhiry yang berhubungan dengan fase akhir diperensiasi magma. Ephitermal merupakan proses pengendapan mineral yang terjadi karena pengaruh temperature dan tekanan rendah biasanya kurang dari 300 C dan pada kedalan kurang dari satu kilometer. Tipe porphiry merupakan proses pengendapan mineral yang terjadi karen pengaruh temperature dan tekanan yang tinggi yaitu pada suhu antara 300-600 C dan kedalaman lebih dari satu kilometer. Cebakan logam dasar sekunder dapat berupa oksidasi dan pengkayaan zona supergen maupun cebakan placer. Oksidasi dan pengkayaan zona supergen terjadi pada singkapan tubuh bijih primer yang mengalami pelarutan dan pengkayaan unsur mineral pada zona air tanah. Endapan placer adalah cebakan yang terbentuk karena proses transportasi dan pengendapan kembali melalui media fluida. Potensi endapan logam dasar yang umum terdapat dijalur busur vulkanik Nusa Tenggara adalah emas, perak, besi, tembaga, seng, timah hitam, molybdenum dan mangan.    

 Geologi dan Mineralisasi Lombok
Stratigrafi daerah Lombok dimulai dengan terbentuknya batuan gunung api Tersier yaitu Miosen Awal yang terdiri dari Formasi Kawangan dan Formasi Pengulung yang saling menjemari. Kedua formasi ini diterobos oleh dasit, diorit, tonalit dan basal berumur Miosen Tengah yang ditafsirkan menyebabkan mineralisasi di beberapa tempat. Di atasnya diendapkan Formasi Ekas yang terdiri dari batugamping yang berumur Miosen Atas. Kemudian pada Pliosen Atas hingga Plistosen diendapkan batupasir tufaan, batulempung tufaan dengan sisipan tipis karbon yang tergolong kedalam Anggota Selayar Formasi Kalipalung, lalu Formasi Kalipalung yang terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava kemudian Formasi Kalibabak yang terdiri dari breksi dan lava serta Formasi Lekopiko (tuf berbatuapung, breksi lahar dan lava). Formasi Kalipalung dan Formasi Kalibabak saling menjemari. Pada waktu Holosen Bawah diendapkan lava, breksi dan tuf yang termasuk kedalam Batuan Gunungapi Tak Terpisahkan tersebar sangat luas di utara yang dikelilingi oleh Formasi Lekopiko dan Formasi Kalibabak, sedangkan pada Holosen Atas terhampar endapan permukaan aluvium.

Di pulau Lombok keberadaan mineral dasar logam hampir merata ditemukan di bagian selatan pulau ini. Penyelidikan geokimia dilakukan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara menemukan adanya anomali mulai dari bagian barat yaitu daerah Pusuk dan banyak tempat dibagian selatan yaitu daerah  Pelangan, Selodong, Lembar, Mareje, Sepi, Rembitan, Lenyek, dan Batunampar. Dibagian selatan terutama disekitar Pelangan telah banyak dilakukan penambangan emas rakyat dengan teknologi yang sederhana. Keberadaan emas dan mineral logam lainya di daerah ini umumnya berkembang sebagai tipe endapan epithermal, penguratan kuarsa mengandung Au dan logam dasar sangat umum terdapat didaerah ini. Keberadaan anomaly Cu dan penguratan kuarsa jenis stokwork yang membawa mineral sulpida mengindikasikan kemungkinan tipe endapan porfiry juga berkembang di daerah ini.

Keberadaan mineral-mineral bijih galena, kalkopirit, bornit, kovelit, pirhotit, dan hematit, yang berasosiasi dengan diopsid dan garnet, terutama ditemukan disebelah timur Lembar, menimbulkan dugaan kearah hubungan keterjadian mineralisasi skarn mengandung terutama bijih logant dasar Pb dan Cu. Hematit diperkirakan berasal dari garnet melalui proses ubahan hidrotermal akhir atau destruksi mineralisasi skarn pada suhu antara 200 - 400°C (Bames, 1979), sementara malakhit/azurit diperkirakan sebagai hasil oksidasi mineral-mineral sulfida tembaga pada proses pengayaan supergen (supergen enrichment). Sementara di bagian hulu S.Petateng, mineralisasi mengandung bijih galena, pint, kalkopirit, bornit, kovelit dan pirhotit dengan asosiasi malakhit, terbentuk pada daerah kontak batuan diorit dengan tuf andesitik. Meskipun tidak ditemukan mineral petunjuk skarn, keberadaan kumpulan mineral bijih (assemblage of ore minerals) tersebut menimbulkan kecurigaan bahwa telah terjadi pembentukan bijih sulfida hasil proses metasomatisma kontak (contact metasomatism) yang disebabkan penerobosan diorit terhadap tuf andesitik. Terbentuknya urat-urat kuarsa stockworks (setempat-setempat mengandung pirit dan malakhit) sebagai pengisian daerah-daerah bukaan shears (sheared zones) pada batuan terubah argilik-illit dan/atau kuarsa-illit (+/- pirit), dicurigai sebagai petunjuk terjadinya kegiatan hidrotermal. Didapatkannya emas rombakan dari konsentrat dulang di bagian barat daerah ini, menimbulkan dugaan karakteristik ubahan yang biasa ditemukan pada daerah dekat permukaan dari suatu sistem mineralisasi jenis epitermal. Tersingkapnya urat-urat kuarsa stockworks dan ubahan tersebut diatas diduga merupakan hasil overprint sisa larutan hidrotermal bersifat asam dari kegiatan penerobosan batuan beku dioritik setelah proses metasomatisma.

Mineralisasi di daerah selatan Lombok Tengah menunjukkan karakteristik jenis epithernal, yang terbentuk sebagai zona-zona stockworks urat kuarsa berarah timurlaut-baratdaya, hampir utara-selatan. Pengamatan terhadap letak morfologis dan tekstur urat kuarsa dari daerah pantai Teluk Awang dan/atau Teluk Bumbang hingga ke G.Rangkakalo, diduga mencerminkan urut-urut keterjadiannya dari kedalaman hingga ke dekat permukaan dari suatu sistem mineralisasi epitermal. Di bagian sepanjang pantai Teluk Awang, urat-urat kuarsa veinlets hingga ketebalan maksimum 2,50 meter telah membentuk stockworks, mengisi rekahan-rekahan dan/atau ruang- ruang antar fragmen breksi hidrotermal, terdiri dari kuarsa masif, breksi kuarsa {breccia vein), amethyst dan sugarry; dengan tekstur comb, cockade dan trustification mengandung pirit, kalkopirit, bornit dan pirhotit sporadis, dengan setempat-setempat Mn oksida. Di Teluk Bumbang, urat kuarsa veinlets terlimonitkan telah membentuk zona stockworks dengan di sekitarnya ditemukan bongkah-bongkah urat kuarsa bertekstur bladed mengandung pirit dan malakhit. Zona urat umumnya berasosiasi dengan ubahan kuarsa-illit dan/atau argilik-illit (+ limonit). Berbeda dengan kenampakan ciri-ciri tersebut, di daerah sekitar G.Rangkakalo ditemukan bongkah-bongkah insitu kuarsa kalsedon bertekstur banded dan colloform yang umumnya telah  terlimonitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar